Kumandang Adzan
Bismillah
Sedikit menanggapi perihal pernyataan Bapak yang kami hormati
Kebetulan kami tinggal di sebuah daerah yang penduduknya mayoritas berbeda keyakinan dengan keyakinan yang kami anut
Sebelum pernyataan yang sedang ramai digadang-gadang saat ini mendarat di telinga
Penduduk muslim disini sudah dari sebelumnya melakukan hal yang baru menjadi pembicaraan belakangan ini
"Kumandang adzan yang sekarang terasa tak terlalu jelas di telinga"
Bahkan sering membuat kami bertanya, "Sudah jam segini, tp kok belum terdengar adzan ya? Atau sudah tp kita tak dengar?"
Tak hanya itu..
Sebab menyadari bahwa kami adalah minoritas di daerah ini
Maka petugas Masjid disini pun membatasi hanya sekitar 3 atau 5 menit saja alunan "mengaji" sebelum adzan disuarakan
Terlebih pada saat bulan Ramadhan, Pak..
Semarak menyambut bulan yang suci tak seperti layaknya di kampung halaman
Suara anak-anak bertadarus pun cukup sulit ditangkap telinga
Sebab kita semua pelajari adanya "toleransi"
Kita hargai mereka yang berbeda, bukan tidak
Selayaknya kami pun menghargai, beberapa tetangga yang pelaksanaan doa atau ibadahnya pun sampai menembus dinding rumah kami
Maka, rasanya..sedih sekali
Jika di beberapa poin kita sudah berusaha bertoleransi
Namun, untuk kumandang adzan saja kita mendapat kritisi? :'
Adzan ialah seruan/ajakan untuk "menyegerakan" ibadah kepadaNya
Yang sendirinya kita tau
Bahkan dengan speaker yang cukup keras saja terkadang sebagian dari kita masih lebih mendahulukan perihal dunia ;
Menyelesaikan pekerjaan kantor, tidur, dan lain sebagainya
Seperti sabda Rasulullah SAW :
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
"Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat"
Konon lagi jika seruan itu harus direndahkan volumenya? :')
#selfreminder
#35daystoRamadhan
Comments
Post a Comment